Teras

Rabu, 20 April 2011

Bulu Babi, Aouw, Bulu Babi...



“AAAAOOUUUUUW!!!”
     Itulah kumpulan huruf yang keluar dari mulutku ketika kakiku terasa menginjak sesuatu yang (hmmm.... bisa disebut) menyakitkan. Waktu itu aku baru saja menceburkan temanku dari kanonya (langsung kena karma nih...). Dengan mengangkat sebelah kaki yang sakit itu, aku mendekati kano seorang teman dan duduk meringis, “Kayaknya kakiku nginjek bulu babi....”
     Bulu babi... Apa masih ada yang asing dengan hewan laut satu ini? Walaupun namanya bulu babi, tapi hewan laut ini sama sekali tidak ada mirip-miripnya dengan babi. Bulu babi (Sea urchin), sejenis hewan laut yang secara sains masuk ke dalam filum echinodermata berbentuk rada bulat dengan duri-duri mencuat di seluruh permukaannya, seringkali berwarna hitam/gelap. Kalau melihat di TV sih, lucu dan imut. Tapi pas menginjak/kena durinya ini, hilang deh imutnya.... (>_<). Biasanya bulu babi ada di perairan dangkal dan sering juga terdapat di karang-karang. Karena itu, biasanya tusukan bulu babi menyerang kaki atau tangan kita.




 
Kembali ke cerita....
     Bak safeguard, seorang temanku menjadi nakhoda kano untukku. Saat itu memang kami main kanonya cukup jauh ke tengah laut karena air sedang surut (nggak asyik, kan, dayung-dayung kano di pinggiran yang dangkal). Ia mendayung secepat mungkin yang dia bisa sambil menjaga keseimbangan agar kami tidak oleng dan nyemplung ke laut. Aku masih sempat tertawa-tawa dan berseru “Uoooow....Uoow....” ketika kano yang dia dayung dengan semangat oleng ke kanan dan ke kiri. Tapi sepertinya ia salah tanggap karena malah bertanya,”Sakit? Sabar, ya...” Tapi anehnya aku juga tidak mengklarifikasi kesalahpahaman itu. Sisa perjalanan aku habiskan dengan memandangi telapak kakiku. Tampak beberapa duri hitam menyembul dari telapak kakiku. Beberapa ada yang menancap dan sepertinya patah tepat di permukaan kulit telapak kakiku. Darah sempat mengucur beberapa kali di beberapa duri yang masih menyembul.
     Sampai di pantai, aku sedikit kagok juga karena harus main dengkleng dengan kaki yang tidak menginjak bulu babi untuk menopang tubuhku (haha... udah gede gini masih main dengkleng. Di pantai lagi....).  Walaupun pernah mendengar kalau bulu babi itu tidak mengandung racun berbahaya (setidaknya nggak langsung bikin 'koit' di tempat) dari acara TV (wah... thanks nih buat stasiun TV yang menyelipkan pendidikan dan pengetahuan yang ada gunanya juga kalau kita benar-benar menontonnya), tapi  bingung juga mau minta pertolongan ke siapa, karena waktu itu, tidak seperti biasanya, aku tidak melihat ada penjaga pantai. Tidak mungkinlah aku pulang dengan kondisi duri-duri nyembul dari telapak kaki begitu (gimana caranya bawa motor nanti?). Katanya sih amoniak bisa menetralisir racun dan yah, membuat rasa sakit tertusuk bulu babi ini berkurang. Dan urin (air kencing) kita adalah ‘harta’ terdekat yang mengandung amoniak. Tapi, melihat tempat dan kondisi saat itu, tidak mungkinlah aku mengencingi kakiku (lagian waktu itu memang sedang tidak ingin. Hehehe).
     Tapi syukurlah orang yang menyewakan kano pada kami sepertinya paham ada yang tidak beres denganku dan bertanya apa yang terjadi. Setelah kujawab  singkat, ia pun menyuruhku duduk denan telapak kaki menengadah. Dia lalu mengguyur telapak kakiku dengan air dingin (Brrrrr.......). Dengan catut, dicabutinya duri-duri bulu babi yang menyembul. Tapi kebanyakan duri-duri itu tidak tercabut tuntas, patah di dalam. Yah, wajar saja karena sifat duri-duri bulu babi memang sangat rapuh sehingga mudah patah dan terbawa oleh orang-orang yang tidak sengaja menginjak/menyentuh durinya. Seorang teman pemilik kano itu mengambilkan tanaman yang dia sebut tulang-tulang (yah... dilihat dari bentuknya memang mirip tulang, sih...). Dengan memberikan sedikit penjelasan dan menyuruhku menahan sakit, si empunya sewaan kano itu memukul-mukulkan botol ke telapak kakiku. Katanya biar durinya yang masih di dalam telapak kakiku hancur. Kalau tidak begitu, nanti bisa-bisa aku demam. Masih kata si empunya sewaan kano, duri yang ada di telapak kakiku memang tidak akan bisa keluar. Tapi setelah hancur dan dalam beberapa hari, telapak kakiku akan normal lagi karena duri yang hancur itu akan diserap oleh tubuhku.
     Setelah dipukul-pukul beberapa lama, telapak kakiku diolesi getah dari tanaman tulang-tulang tadi. Beberapa menit setelah aku duduk-duduk menatapi telapak kakiku yang tidak karuan (berbintik-bintik hitam duri si bulu babi), dia mengizinkanku main kano lagi. Katanya, “jalan biasa saja, biarpun sedikit sakit. Dalam 3 hari juga sembuh, kok.” Yah, karena awam dalam hal ini dan ini memang pengalaman pertamaku nginjek bulu babi, oke-oke sajalah. Jadi aku main kano lagi bareng teman-teman yang tadinya sempat khawatir padaku, menghentikan permainan kano mereka, terdampar di pinggir pantai bersama kano-kano itu, tercabik antara ingin mendekatiku dan melihat kondisiku baik-baik saja dengan ketakutan mereka melihat kakiku (hahaha.... maaf telah membuat khawatir, teman-teman ^^). Jadilah aku main kano lagi bareng mereka. Yah, biarpun kakiku masih rada cenat-cenut karena duri-duri si bulu babi, tapi kanoan tetep jalan.... hehehhehe.....






Beberapa hari setelah itu....
     Ternyata kakiku kadang-kadang masih sakit saat menapak dengan posisi yang mungkin menyebabkan si duri yang sudah patah-patah itu tergencet. Dalam pikiranku sih agak protes, “baaaah... mana ini, katanya 3 hari sembuh...”.  Tapi mungkin karena akunya juga yang sedikit bandel. Sudah tahu kakiku habis nginjek bulu babi, sempat-sempatnya kupakai tanding futsal. Karena semingguan belum sembuh, aku teringat saran temanku dari NTT yang ikut kanoan waktu itu. Dia menyarankan biar telapak kakiku yang tertusuk bulu babi itu direndam dengan minyak tanah. Katanya itu akan membuat duri-durinya mati dan kakiku tidak sakit lagi. Tapi berhubung aku tidak punya minyak tanah, ya sudh, kunikmati saja sakit yang kadang-kadang muncul kalau telapak kakiku itu menjejak tanah. Aku juga sedikit kecewa karena tidak melihat proses peleburan duri bulu babi itu dengan tubuhku. Tetap saja kelihatan si titik-titik duri itu. Mirip seperti ‘subsuban’ rasanya. Yah.... akhirnya karena bosan memperhatikan duri-duri yang nyantol di telapak kakiku, kucuekin saja. Dan sekitar 2-3 minggu, mereka sudah menghilang, entah ke mana... Benar-benar melebur dengan tubuhkukah? Entahlah.... Sepertinya itu cukup dibiarkan menjadi misteri. Hehehe.
 

Kamis, 14 April 2011

Anne of Green Gables

"Imagination is more important than knowledge" 
(Albert Einstein)
"If you can dream it, you can do it" 
(Walt Disney)

     Sekitar sebulan yang lalu, aku menemukan buku tebal tergeletak menggoda di atas meja. Untuk beberapa lama,  karena tugas-tugas yang menumpuk, aku berhasil mengacuhkannya. Tapi, suatu hari, menyentuhnya beberapa menit telah membuatku tenggelam dan tak bisa berhenti membacanya. Anne of Green Gables..... Sebuah buku dari serial karya Lucy M Montgomery. Entah bagian mananya, telah membuatku tersihir untuk meneruskan membaca meskipun tugas-tugas berteriak-teriak berharap perhatianku teralihkan.
     Siapa yang sangka buku ini konon mengalahkan booming serial Harry Potter? Awalnya aku juga tidak percaya. Tapi, oops! Olala.... melihat profil penulis, ternyata buku ini sudah beredar di pasaran sejak tahun 1908! Bayangkan, sudah seabad lebih dan anehnya tetap masih berjaya.... Ckckckckck.... Jadi wajar saja karya Bu J.K. Rowling kalah tenar.

(Btw, ini yang dicover yang meranin Ginny Weasley di Harry Potter, ya?)
  
      Kisah kehidupan Anne Shirley, seorang gadis yatim piatu berumur 11 tahun (heran, deh.... sepertinya di barat sana orang-orang terobsesi memulai kisah dengan anak 11 tahunan... Lihat saja Harry Potter yang juga memulai kisahnya di usia 11 tahun) di buku ini diawali ketika ia mendatangi sebuah keluarga di Desa Avonlea untuk diadopsi. Namun sayangnya, terjadi kesalahan karena keluarga itu sebenarnya ingin mengadopsi anak laki-laki untuk membantu mereka, bukan anak perempuan, apalagi yang berambut merah seperti  Anne. Jadi, bagaimana Anne yang memiliki kemampuan berimajinasi yang mengagumkan (bahkan cenderung berlebihan) melanjutkan hidupnya? Dan siapa sangka Anne yang kadang memukau orang-orang dengan kemampuan imajinasinya yang tak terbatas itu (meskipun lebih sering membuat orang lain sakit kepala mendengar ocehannya yang tak putus-putus dan setelah kulihat-lihat ternyata 1 kali Anne ngoceh bisa menghabiskan 3 halaman) telah melewati masa-masa yang berat? Kehilangan ibu dan ayahnya hanya terpaut 4 hari ketika ia berusia 3 bulan membuatnya harus pindah dari satu keluarga ke keluarga lain. Tentu saja bukan untuk menjalani kehidupan seorang gadis kecil yang normal. Masa kecilnya penuh dengan kewajiban membalas budi karena dia tidak dibuang ke panti asuhan saat berusia 3 bulan (kisah masa kecil Anne ada di buku yang berbeda, "Before Green Gables".red). Dan setelah ia merasa bahagia karena akhirnya diangkat oleh sebuah keluarga, mengira benar-benar akan mempunyai rumah serta sebuah kamar kecil sendiri,  merangkai impian-impiannya dalam semalam, akankah kekeliruan itu menghempaskan impiannya dan membuatnya kembali ke panti? Temukan jawabannya di "Anne of Green Gables"! 
 
Ini nih, si "Before Green Gables"
 
Oh ya, selain 2 buku yang sudah disebutkan di atas, masih ada buku-buku lain serial Anne Shirley (yang belum kubaca). Beberapa buku sudah diterbitkan di Indonesia oleh Qanita seperti "Anne of Avonlea" dan "Anne of the Island",serta ada beberapa yang belum diterbitkan. Katanya sih ada filmnya juga. Tapi baca bukunya lebih asyik. Kan imajinasi adalah kebebasan teringgi... hehehehe

black n white

"Jalani hidup dengan baik maka kau akan masuk surga
Bila ada satu hal yang bisa kau lakukan sebelum menuju surga,
apakah itu?
Bila ada satu orang yang bisa kau temui sebelum menuju surga,
siapakah dia?
Dengan bantuan malaikat bersayap putih akhirilah segalanya dengan indah....
Your WHITE Wings"
 

"Dan percayakah kau pada keajaiban......?
Keajaiban bisa terjadi kapan saja,
bahkan dalam sedetik sebelum ajal manusia tiba
Sesuatu yang gelap tak selalu hitam....
Dan sesuatu yang berkaitan dengan kejahatan
tak selalu jahat.....
Your DARK Wings"


        Setiap orang pasti memiliki sisi gelap dalam hidupnya. Ada yang memperlihatkannya dengan jelas,  dan ada pula yang menyembunyikannya jauh di dalam, mencoba menutup-nutupinya. Sisi yang manapun itu, hitam maupun putih, tidak bisa dihilangkan. Kedua sisi ini mungkin bertolak belakang, tapi tidak terpisah. Karena jauh di dalam hati manusia yang memperlihatkan sisi putihnya, terdapat juga sisi hitam yang siap berkuasa jika si putih melemah. Kedua sisi ini harus tetap ada dalam diri manusia. Karena itulah manusia. Tidak satupun manusia di dunia ini yang hanya memiliki satu sisi saja dalam dirinya. Hanya sisi putih, atau hanya sisi hitam. Keduanya pasti ada dan membentuk suatu keseimbangan. Tidak ada manusia yang hanya memiliki sifat baik saja atau sifat buruk saja. Tidak ada manusia yang tercipta dengan kesempurnaan saja atau dengan kekurangan saja. Tidak ada manusia yang tercipta hanya dianugerahi oleh keunggulan-keunggulan, pasti dia juga dianugerahi kekurangan-kekurangan. Karena kedua hal yang bertolak belakang inilah yang akan membuat manusia itu benar-benar 'hidup'.
        Yang membedakan hanyalah sisi mana yang dipilih oleh manusia itu sendiri. Putih atau hitam? Ini hanya masalah pilihan. Karena jika manusia membiarkan sisi putih lebih dominan, ia mungkin mampu mengendalikan dirinya jauh lebih baik, dikenal sebagai orang baik, disukai orang lain. Namun bila si hitam yang lebih dominan, ia mungkin tampak arogan, kadang dianggap menyebalkan, dianggap sebagai pembuat kekacauan. Semuanya, sisi baik-buruk, sisi hitam-putih, sisi gelap-terang yang dipilih oleh manusia juga tidak terlepas dari pengaruh lingkungannya. Namun sisi manapun yang lebih dominan, sisi lain tetap saja ada, menanti di sudut-sudut hati, menunggu kesempatan. Jadi, seputih apapun sisi manusia, dalam titik tertentu sisi gelapnya akan muncul. Dan segelap apapun sisi manusia, jauh di dalam dirinya, sisi putih tertidur, kadang mengintip takut-takut.... Masalahnya adalah, bagaimana membangunkan sisi putih yang tertidur itu?

imagesource: http://static.desktopnexus.com/thumbnails/78568-bigthumbnail.jpg

Rabu, 13 April 2011

reminisce : Pesan untuk Sahabat

"Many people walk in and out your life, but only true friends will leave footprints in your heart" (Anonymous)

ketika melodi ini berputar kembali
sambung benang merah antara kita
mengetuk panca rasamu
membuka lembaran kisah berdebu
yang tergurat dalam kertas kontrak

aku hanya ingin bertanya
tentang kisahmu yang tak terekam
dalam pita-pita kasetku yang mulai koyak
bukan bermaksud mengaduk-aduk isi kolam
sampai airnya keruh pekat

mungkin kau tak sadar
belenggumu telah berkarat
kita tak lagi terikat
ataupun mengikat

yang menempati bayangmu sekarang
cuma udara kosong
dan aku tak bisa menggapainya
n'tuk merengkuh jemarimu

aku hanya ingin berkata
kau pernah meninggalkan jejak dalam hatiku
kuharap itu terus berjalan
walau ragamu tak tepat di sampingku....

re-write Pesan untuk Sahabat (280805) update (130411)

imagesource:https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_Aawt-UCk_L3jR8w-TyolqYXoa4cwDpo2ZJlAtbykcXOp0nq3oe9TKBCtRDh7djh87W2qxF73JdcybVdiME3jCYRJuwfCjmxhd-1fyo8KcF0P1nwqvJvpe2-wXUCWIJre_L-4QZCgzOUd/s1600/Episode+2+Cosmonaut.jpg