Teras

Senin, 13 Februari 2012

Hati Hati yang Pecah


Hola... holaaa... Lama nggak nongol di dunia tulis-menulis (walaupun tulisannya nggak serius-serius amat). Udah tahun 2012 aja... N udah tanggal 14 Februari aja... Berhubung valentine-nan ayuuk deh ngebahas masalah "hati-hati yang pecah" (lho?). Karena banyak pasangan yang sedang berbahagia n merayakan hari Kasih sayang ini, ya sudah, biarkan saja mereka berbahagia. Daripada dipatenkan jadi obat nyamuk, mending kita gelitik teman2 yg merayakan hari ini dengan cara yg sedikit berbeda. Tapi, tetap dengan cinta, tentunya <3. So, demi melestarikan budaya mendongeng yg udah jarang banget menemani tidur anak2 kecil zaman sekarang, ada baiknya kita berbagi cinta melalui dongeng (lho?). Disimak, ya, disimak..... =D
Ini adalah kisah yg disampaikan oleh seorang nenek kepada cucunya yg sangat ingin merantau keluar dari pendaran Kasih yg dipancarkan perapian di gubuk kecil itu. Si nenek berniat mengajarkan pada cucunya bahwa dunia luar yg didambakan mungkin tidaklah seperti apa yg selama ini dibayangkan. Bahwa kasih2 yg menarik hati si cucu mungkin hanyalah fatamorgana belaka, yg sengaja menyusup untuk menariknya ke liang2 penuh kedengkian yg senantiasa bersembunyi jauh... jauuuuh di dalam jiwanya dan menanti waktu yg tepat untuk mengambil alih tubuhnya, memerdekakan kedengkian di atas Kasih yg telah dibangun sejak ia dalam buaian sang ibu (panjang amat ni kalimat. kalau diterusin, kapan dongengnya dimulai???). Oke deh, dimulai aja dongengnya...
Bertuturlah sang nenek yg tengah duduk di atas kursi goyang kepada si cucu yg meletakkan kepalanya di pangkuan sang nenek. "Kisah dimulai ketika setitik Kasih menata hatinya yg pecah. Dahulu ia adalah Kasih yg utuh, masih begitu murni hingga akhirnya ia terperangkap dalam buai fatamorgana yg menghancurkan. Bukan hanya sekali, namun 2 kali ia diusik dan terperangkap oleh fatamorgana yg sama. Ketika pecah untuk pertama kalinya, Kasih mampu mengumpulkan semua pecahan hatinya dan merekatkannya kembali dengan lem. Namun, hati yg diutuhkan oleh ikatan lem itu terjatuh lagi, kebingungan pun melanda Kasih. Sekali pun ia berusaha menata hati yg pecah untuk kedua kalinya itu, ia tak kunjung berhasil merekatkannya kembali. Hatinya telah pecah menjadi pecahan yg jauh lebih kecil dan halus, yg tak dapat dikumpulkan dan direkatkan secara utuh. Akibatnya ia terpaksa berganti nama menjadi Kasi. Maka waktu yg diperlukan si Kasi untuk merekatkan hatinya jauh... jauuuuh lebih lama daripada sebelumnya."
"Lalu apa yg terjadi, Nek? Tapi... tunggu dulu! Dari mana si Kasih itu mendapatkan lem? Apakah di dunianya juga ada toserba? Dan apa hubungan Kasih dengan fatamorgana itu? Mengapa si fatamorgana terus mengusiknya? Apakah ia mempunyai dendam pada si Kasih?" si cucu mendongakkan kepala dengan antusias, menatap neneknya dengan mata berbinar2. Sang nenek mengelus dada. “Perhatian, ini dongeng, Nak. Bukan cerita detective conan,” kata sang nenek lembut sambil melirik setumpuk buku yang belakangan ini menyita perhatian cucunya dari pagi sampai sore, dari malam sampai subuh.
“Nah, ketika Kasih merasa waktu hibernasi hatinya sudah cukup, maka ia pun siap2 membuka diri, menyapa dunia dengan wujudnya yg tak sempurna. Namun ia mulai dirundung rasa takut akan hal2 baru. Khawatir bahwa itu adalah jebakan si fatamorgana. Maka ia pun bertekad hanya membuka dirinya pada hal-hal yang tidak terlalu asing.
Adalah sesuatu bernama Han yang berlabelkan ‘teman lama’. Dahulu ia dan Kasi pernah bersua dan berpartisipasi dalam bidang yang sama. Pertemanan pun kembali terjalin. Namanya teman, maka di saat air laut surut, ia pun kadang ikut TErkikis dan MenghilANg bersama buih. Berbeda dengan sahabat yang SAH Aja BerdekAtan berTahun-tahun (maksa xp).
Musim2 berganti dan si Kasi mulai melupakan wujudnya yang tak sempurna itu. Han kadang kala menyapa. Sapaan yang timbul tenggelam, cenderung tidak bisa dianggap penting, dan hanya berbau hal-hal rutin. Saking berbau rutinnya, sapaan pun berubah menjadi rutinitas. Lama-lama, entah bagaimana, Kasi berubah wujud seperti lagu nina bobo yang mendayu-dayu yang membantu teman lamanya, Han, tertidur meskipun dia tidak menderita insomnia. Mengapa? Karena sapaan2 yang dibalas oleh Kasi sebagai sopan santun pertemanan tak jarang berakhir dengan balasan bisu. Ya, si Kasi sepertinya telah menjadi mesin meninabobokan, meskipun sekali lagi, Han yang berlabelkan teman lama itu tidak mengidap insomnia...
Lama-lama si Kasi mulai berpikir memberikan rasa kasihnya yang tersisa, sedikit demi sedikit. Bukan karena sapaan2 kecil tak bermakna. Tetapi karena Han menunjukkan rasa kasihnya, menyapanya dengan penuh kasih, menawarkan sandaran yang tampak empuk. Ada jaring2 ketertarikan yang dipasang dengan apik. ‘Tapi, hey! Jaring hanyalah jaring!’ Kasi menolak pikirannya, teringat kembali pada hatinya yang dikoyak fatamorgana. Kalau rasa kasih yang ditunjukkan Han adalah nyata, maka seharusnya ada bukti yang mendasari. Mereka tidak mungkin hanya sapa-menyapa yang berakhir pada perubahan dirinya menjadi mesin penina bobo terus-menerus. Dan paling tidak, bukankah Kasi harus yakin bahwa Han menunjukkan rasa kasihnya pada dirinya yang sekarang, seorang Kasi, bukan seorang Kasih seperti dahulu kala? Kasi harus meyakinkan dirinya, bahwa rasa kasih itu bukan ditujukan pada bayangan masa lalunya. Karena si Kasi yang sekarang telah digerus perubahan. Yang kekal di dunia ini adalah perubahan (keto kone). Tetapi, jaring yang dipasang terlalu apik. Ketika ada benih-benih kepercayaan Kasi yang timbul pada Han, maka keraguan itu lenyap ditamengi pembelaan yang menggebu, ‘Han sedang menunggu waktu yang baik dan tepat.’ Jadi, Nak, sapaan2 itu pun berlanjut.
Si Kasi memang terlihat seolah tidak bergeming. Namun jauh di dalam, ia goyah. Insting Han pun tampaknya menyadari hal itu. Sebagai hati yang tak terikat, Kasi yang mendapat pencitraan hati Han juga tak terikat pun berharap semua kan indah pada waktunya. Lalu apa yang terjadi? Hari itu tiba juga.
Tibalah hari itu. Hari yang cerah yang membuat semuanya terlihat jelas. Sangat jelas. Hari yang  membawa perubahan besar (Jeng Jeng Jeeeeeng...... <backsound>). Han menyapa.
Han menyapa dengan nada singkat saja. Awalnya si Kasi membaca sambil lalu saja, karena dia tengah sibuk dan mengira Han bercanda seperti biasa. Lalu muncul sapaan baru dengan nada yang lebih panjang.
“Kasi, pacar Han marah. Dia mengira Kasi selingkuhan Han. Padahal kita tidak ada hubungan apa2 kan? Kita kan hanya teman dan suka bercandaan. Pacar Han marah dan minta putus. Han bingung. Bantuin Han menjelaskan ke pacar Han, ya, kalau kita tidak ada hubungan apa2. Kan Han tidak ada perhatian lebih ke Kasi, kan? Kita juga tidak pernah bersua lagi sejak kamu masih dipanggil Kasih. Jadi tolong dibantu (ya, dibantu.... <ala Pak Tarno>) menjelaskan ke pacar Han, ya.”
JEDHUUUUAAAAAAR!!! (bunyi geledek di hatinya Kasi <soundeffect>)
“Jadi, hati oh hati.... Sadarkah kau sekarang?” tanya Kasi pada hatinya.
Kau hanya jadi BAHAN BECANDAAN.”
(to be continued...)
Begitulah dongeng si Kasi “Hati Hati yang Pecah belum pada waktunya. Menurutmu apa yang dilakukan si Kasi? Dan apakah si Kasi dan Han menurutmu cocok? Silakan ketik jawabannya dan posting sebagai komen. Bagi yang beruntung akan mendapat bingkisan “SELAMAT, ANDA BERUNTUNG”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar